seorang
supir Truk sedang duduk makan di sebuah restaurant. Sedang
asyik-asyiknya dia menikmati makanan nya dan memikirkan bisnisnya,
tiba-tiba pintu restaurant dibuka dengan kasar. Dan masuklah beberapa
orang gang bermotor ke dalam restaurant ituMereka berjalan menuju ke
arah supir Truk dan berkata: ”kami mau pakai meja ini. Supir Truk menjawab dengan kalem: ”Maaf ya mas, saya belum selesai makan.”.
Kemudian pemimpin Gang bermotor itu mengambil cangkir kopi, gula, dari
supir Truk dan meletakkan semuanya di atas piring makanan. Dan
berkata:” sekarang kamu sudah selesai”. Bagaimana respon supir Truk ini?
Dia bangkit dengan tenang dan berjalan keluar menuju pintu.
Anggota-anggota gang bermotor langsung mentertawakan supir Truk itu.
Mereka berkata :”dia bukan laki-laki, tapi banci. Namun tidak
lama kemudian terdengar suara gaduh di luar restaurant. Apa yang
terjadi? Ternyata si supir truk menabrak sampai hancur semua motor-motor
gang itu dengan truknya yang besar. Kisah ini hanyalah kisah dalam
sebuah film.
Ada sebuah kisah yang lain, kisah nyata, bukan dari film, terjadi
tahun 1900 awal. Ketika itu, Turki memimpin pemusnahan orang-orang
Armenia. Seorang pemimpin Turki menyerbu ke rumah-rumah orang Armenia.
Dia membunuh orang-orang yang lanjut usia. Mengambil wanita –wanita
untuk pasukannya dan untuk dirinya. Akhirnya seorang wanita berhasil
meloloskan diri. Wanita ini kemudian mengikuti pendidikan menjadi
seorang perawat./suster. Ternyata setelah selesai dia ditempatkan di
sebuah rumah sakit Turki. Suatu malam , dengan hanya diterangi oleh
lentera, dia melihat wajah pemimpin Turki yang jahat itu sedang
terbaring sakit parah. Bagaimana respon wanita ini? Dia melakukan semua
yang bisa dikerjakannya untuk menolong pria tersebut. Dia terus bekerja
dan menolong orang turki itu sampai sembuh. Suatu hari, dokter dan
perawat berdiri di samping ranjang orang turki tersebut. Dokter itu
berkata seperti ini:”tanpa perhatian wanita ini, kamu sudah lama mati.
Kemudia pemimpin Turki itu memandang wanita tersebut dan berkata:” “sepertinya kita pernah ketemu”.
“Ya” jawab perawat tersebut: Kita pernah ketemu”.
Lalu jawab orang Turki itu:, “mengapa kamu tidak membunuh saya?
Wanita itu menjawab: saya seorang pengikut Yesus yang memerintahkan kepada kami:”kasihilah musuhmu.
Apakah perbedaan antara perawat tersebut dengan supir truk yang tadi
saya ceritakan? Supir truk tadi bereaksi dengan keras ketika waktu
makannya diganggu, ketika dia dilecehkan oleh gang bermotor. Sebaliknya
perawat ini meresponi seorang pembunuh dengan cara bekerja siang dan
malam untuk menyelamatkannya dari kematian.
Mari kita jujur dalam kasus ini. Kita merasakan bahwa pengampunan
itu mengagumkan, heroic, bersifat kepahlawanan.Namun kalau kita mau
jujur juga, kita merasakan bahwa pembalasan dendam itu nikmat. Kalau
kalian nonton film dimana jagoan kita memulai aksinya membalas dendam,
wah betapa nikmatnya bukan? Nikmat melihat musuh-musuhnya dihajar dan
disiksa satu persatu sampai mampus. Kisah perawat tadi memiliki holy ending
(Kisahnya berakhir dengan kekudusan). Tetapi kisah si supir Truk tadi
berakhir dengan happy ending, bukan? (berakhir dengan menyenangkan
karena si supir Truk bisa membalas dendam kepada gang bermotor tadi).
Kita suka ketika supir truk menghancurkan motor dari gang bermotor
yang jahat itu. Kita mengatakan keadilan ditegakkan. Yang jahat harus
dibalas dengan yang jahat.
Namun apakah seperti itu? Apakah adil ketika motor yang jumlahnya
sekitar beberapa ribu dollar dihancurkan hanya gara-gara jam makan
terganggu, atau karena makanan si supir truk dibuang? Tidak adil bukan?
Harga motor yang sangat mahal kalau dibandingkan dengan makanan maka
harga makanan tidaklah seberapa. Tetapi si supir truk sudah membalas
dengan lebih dahsyat.
Ada orang yang tidak bisa tahan disakiti oleh sesamanya. Sekali
disakiti langsung dibalas. Namun ada juga yang cukup tahan sampai, 2
kali baru dia balas sekali, dengan sekali pembalasan yang dahsyat.
Sehingga ada pepatah orang dunia: kalau kamu baik sama saya, saya
akan 100 kali lebih baik kepadamu, tetapi kalau kamu jahat kepada saya
maka saya akan 1000 kali lebih jahat terhadap kamu.
Dalam pandangan Rabi-rabi Yahudi, pengampunan cukup diberikan sampai 3
kali. Dalam Yoma 86b:” Jika seseorang melakukan pelanggaran, maka
pertama, kedua dan ketiga dia boleh diampuni, tetapi pada kali yang ke
empat tidak lagi diampuni. Jadi orang Yahudi memberikan batasan, sampai 3
kali kamu boleh membuat saya jengkel, marah, sakit, menderita, tapi
kali ke empat saya tidak akan tinggal diam, saya tidak bisa lagi
mengampunimu, saya akan balas, dan pasti pembalasannya lebih keras,
sebab dendamnya sudah disimpan cukup lama.
Petrus terlatih di dalam hukum dan tradisi Yahudi. Dari Tradisi
Yahudi, dia mengetahui bahwa mengampuni sesama ada batas sampai 3 kali.
Petrus tahu tugasnya. Petrus telah belajar tentang pentingnya
pengampunan, dan dia menyadari bahwa dia harus mengampuni saudaranya.
Namun muncul suatu pertanyaan di dalam dirinya, bagaimana pendapat Yesus
tentang pengampunan, apakah ada batas di dalam memberikan pengampunan?
Apakah cukup 3 kali atau mesti 7 kali saya mengampuni? Sampai mana
batasnya saya bersabar dan memberikan pengampunan? Sampai kapan saya
bisa membalas dendam? Petrus bertanya :” Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai 7 kali?
Ketika Petrus mengatakan 7 kali, dia sudah melipatgandakan sebesar 2
kali lipat dari aturan rabi-rabi Yahudi. Petrus merasa kalau pengampunan
diberikan sebanyak 7 kali, maka itu sudah cukup, karena sudah melebihi
apa yang dikatakan oleh rabi-rabi Yahudi. Petrus berharap bahwa Yesus
akan menjawab: Ya petrus cukup sampai 7 kali kamu mengampuni saudaramu.”
Tetapi jawaban Yesus tidak seperti yang dia harapkan: Yesus berkata:
saya beritahukan kepadamu, bukan 7 kali tetapi 77 kali 7. NIV:: 77
kali. LAI: 70 kali 7 kali.
Ketika Yesus menjawab sampai tujuh puluh kali tujuh kali, bukan
berarti, bahwa kita dianjurkan untuk menunggu dan menghitung kesalahan
orang lain sampai angka 77 kali, dan setelah orang tersebut bersalah
yang ke 78 kali barulah kita mengadakan pembalasan. Bukan itu maksud
Tuhan Yesus. Pengampunan itu bukan hitungan matematika. Bagi Yesus
pengampunan itu sepenuh hati dan sifatnya konstant.Pengampunan itu tidak
ada batasnya, tidak terhingga. Dan karena itu, orang kristen harus
terus mengampuni dari hari lepas ke sehari. Tidak pernah bosan
mengampuni. Tidak pernah berhenti mengampuni. Pengampunan itu seperti
makanan sehari-harinya. Atau dengan kalimat yang lebih keren:
PENGAMPUNAN ADALAH WAY Of LIFE ATAU CARA HIDUP ORANG KRISTEN.
Pembalasan dendam bukanlah way of life atau bukan cara hidup dari
murid-murid Yesus. Yesus menegaskan pengajarannya ini dengan memberikan
perumpamaan. Yesus memberikan perumpamaan bahwa hal kerajaan surga itu
seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan
hamba-hambanya. Kata hamba yang digunakan bukanlah berarti budak. Kata
hamba memang biasa dipakai untuk orang-orang yang melayani raja.
Hamba-hamba yang dipanggil menghadap adalah mereka yang memiliki jabatan
tinggi. Pada saat itu, raja memanggil mereka dengan maksud mengadakan
perhitungan atas uang yang telah dipinjamkannya kepada mereka. Kemudian
dihadapkanlah seorang yang berhutang 10.000 talenta. Kata dihadapkan ini
memberikan kepada kita kesan bahwa orang tersebut mencoba menghindar
dari pengadilan raja atau dia telah ditahan sebelumnya karena
hutang-hutangnya tersebut sebelum pengadilan di gelar. Hutangnya
berjumlah 10.000 talenta, uang yang sangat besar jumlahnya. Mungkin
hamba ini seorang pejabat tinggi yang dipercaya mengelola uang yang
sangat besar. Dan diduga bahwa dia adalah pemungut pajak petani di
daerah yang kaya. Hutang sebesar 10.000 talenta adalah sebuah jumlah
yang tak ada taranya. 10.000 talenta berarti tak terhitung, tak
terbatas, tak terbilang. Dalam Greek English Lexicon, jumlah 10.000
telanta besarnya sekitar beberapa juta dollar. Lebih jauh lagi Telanta
pada zaman itu satuan yang paling besar dalam sistem pembayaran. Sebagai
perbandingan, Herodes setiap tahunnya memiliki penghasilan dari
seluruh kerajaannya sekitar 900 talenta. Kalau Herodes setiap tahunnya
memiliki penghasilan 900 talenta, sedangkan orang ini berhutang 10.000
talenta, berarti , hamba ini memiliki hutang yang sangat dahyast. Kita
tidaklah diberitahu, apa yang telah dia lakukan dengan uang tersebut.
Kita tidak tahu mengapa jumlah uang yang sangat besar itu, bisa habis,
apakah dia berfoya-foya atau istrinya memboroskan, kita tidak tahu. Hal
tersebut tidak penting, yang penting dia telah berhutang dalam jumlah
yang sangat besar. Pada hari itu, dia menyadari bahwa dia tidak bisa
membayar hutang tersebut.Hamba tersebut karena tidak dapat membayar
hutang-hutangnya, maka dia dan keluarganya serta harta miliknya akan
dijual. Kelihatannya tidak fair, mengapa anak dan istri juga mesti
dijual. Pada zaman itu, karena anak dan istri adalah milik dari hamba
tersebut, dan hamba itu sendiri telah dijual, maka berarti secara
alamiah, seluruh miliknya termasuk anak dan sitrinya juga turut
terjual. Hamba ini berhutang sangat besar, maka dia harus juga membayar
dengan hukuman yang sangat besar. Penjara sudah dikenal pada zaman Roma
Yunani. Penjara selain menahan jangan melarikan diri, juga memberikan
kesempatan buat kerabatnya untuk menebusnya dari penjara dengan membayar
lunas hutang-hutangnya. Jadi ketika dirinya dan keluarga nya dijual,
maka itu sudah merupakan hukuman yang adil. Semua ini merupakan bencana
bagi hamba tersebut. Hutang yang sangat banyak, serta semua harta benda
miliknya dijual, maka tidak ada kesempatan lagi bagi dia untuk bebas.
Segala sesuatu telah hilang. Keadilan sudah tidak berguna lagi baginya.
Walaupun pun dia mencari pengacara yang hebat, dia tetap terjerat oleh
hukum keadilan yang ditimpakan atas dirinya. Hal yang paling dia
butuhkan saat ini adalah kemurahan. Kemudian dia bersujud dan menyembah.
Dia minta keringanan dengan segala upayanya. Raja menaruh belas kasihan
kepada hamba tersebut. Hati raja tergerak oleh belas kasihan. Kalau
pada mulanya, raja ini hendak melemparkan orang tersebut ke dalam
penjara, tetapi sekarang hatinya tergerak oleh belas kasihan dan
memberikan pengampunan buat hamba tersebut. Raja ini melakukan lebih
dari yang diminta oleh hamba itu. Hamba tersebut, meminta waktu untuk
melunasi hutangnya, walaupun tidak mungkin dia mampu membayar hutangnya,
tetapi raja menghapus semua hutangnya. Dia membebaskan orang itu dari
penjara dan meghapuskan hutang-hiutangnya. Raja tidak memberikan syarat
untuk penghapusan hutang nya dan juga tidak ragu-ragu. Penghapusan
hutang diberikan sebagai suatu anugerah.
Hamba ini ternyata juga memiutangi orang lain sebesar 100 dinar.
Satu dinar adalah koin perak Romawi, biasa dipakai untuk membayar upah
sehari kerja. Untuk mendapatkan 100 dinar, seseorang harus bekerja
selama 100 hari, Memang tidak bisa dianggap remeh, namun bila
dibandingkan dengan hutang hamba pertama ini yang jumlahnya 10.000
Talenta, maka 100 dinar itu sangat jauh lebih kecil daripada 10.000
talenta= 6.000.000 dinar. Namun hamba yang jahat ini dengan antusias
menagih hutangnya kepada temannya, ditangkap sampai dicekik. Seperti
seorang Preman yang sedang menagih hutang. Kawannnya pun memohon belas
kasihan kepada hamba yang pertama ini. Kita tentu berharap hamba ini
bersedia membebaskan juga hutang temannya, namun ternyata dia bertindak
sebaliknya. Dia menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai
hutang-hutangnya dilunasi. Temannya yang dipenjarakan ini tentu tidak
memiliki kesempatan untuk memperoleh uang, maka harapannya menjadi
suram. Disini Yesus menggambarkan kepada kita, sebuah contoh betapa
mengerikannya hati yang tidak mau mengampuni. Betapa menyedihkan hati
yang tidak memiliki rasa terima kasih kepada yang sudah mengampuninya.
Raja itu, ketika mendengarkan apa yang terjadi, sangatlah marah.
Maka raja itu memanggil hamba yang jahat itu dan berkata kepadanya, “Hamba
yang jahat! Seluruh utangmu sudah kuhapuskan hanya karena engkau
memohon kepadaku. Bukankah engkau pun harus menaruh kasihan kepada
kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Hamba yang jahat ini
gagal menjadikan pengampunan sebagai cara hidupnya, padahal dia baru
saja menerima pengampunan yaitu pembebasan hutang. Hatinya tidak
tersentuh oleh kemurahan raja yang telah diterimanya. Dan karena hatinya
tidak tersentuh, maka cara hidupnya juga tidak berubah. Dia lebih suka
menuntut keadilan daripada mengampuni, padahal dia sudah dibebaskan dari
pengadilan.
Anugerah Allah yang diberikan buat saudara demikian besarnya, tidak
bisa dihitung, Begitulah juga seharusnya pengampunan yang saudara
berikan kepada sesamamu. Suatu Pengampunan yang juga tidak terbatas.
Pengampunan yang sudah menjadi gaya hidup mu Kalau saudara perhatikan di
film, film itu selalu menonjolkan pembalasan dendam. Itu dilakukan
karena balas dendam sudah menjadi way of life orang-orang dunia. Balas
dendam dianggap alami oleh orang-orang dunia. Sedangkan pengampunan
dianggap tidak alami. Kita sudah mengalami sesuatu yang tidak alami,
yaitu pengampunan dari Allah. Untuk itu, Allah tidak mau kalau kita
menjalani hidup ini dgn cara yang alami, yaitu balas dendam. Allah ingin
kita menjalani hidup ini dengan cara supranatural , menjadikan
pengampunan sebagai way of life dalam hidup saudara. Cara supranatural
ini tidak akan dapat dilakukan oleh orang-orang dunia. Hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang sudah mengalami kasih Kristus.
Perumpamaan tentang pengampunan ini letaknya di dalam alkitab seperti
sandwich. Perumpamaan ini diapit oleh dua topik pengajaran Yesus.
Pertama sebelum perumpamaan ini Tuhan Yesus membahas tentang menasihati
sesama saudara. Dan setelah perumpamaan pengampunan Tuhan Yesus membahas
tentang perceraian. Kedua topik ini, yaitu hubungan dengan
saudara-saudara seiman dan hubungan suami istri membutuhkan pengampunan.
Seberapa tegang hubungan saudara dengan rekan-rekan di gereja? Seberapa
tegang juga hubunganmu dengan istri atau suami/anak? Apakah sudah
sampai tahap hendak bercerai? pemecahannya hanya terletak pada
pengampunan. Dari penelitian yang dilakukannya, seorang ahli
menyimpulkan bahwa dalam kehidupan rurmah tangga, pada tahun pertama
laki-laki bicara dan fihak perempuan yang mendengarkan. Pada tahun kedua
wanita yang bicara dan fihak laki-laki yang mendengarkan. Pada tahun
ketiga kedua suami istri sama-sama bicara, dan tetangga yang
mendengarkan. Pertengkaran pasti timbul dalam suatu rumah tangga. Sudah
berapa kali suami menyakiti ibu-ibu. Sudah berapa kali istri saudara
menyakiti saudara? Sudah 10 kali? Berapa kalipun saudara disakiti oleh
pasanganmu, saudara tetap harus mengampuni. Bahkan sampai mati pun
saudara tetap mengampuni, kalau pengampunan adalah cara hidup saudara.
Hubungan suami istri akan pulih dan tidak perlu berakhir dengan
perceraian jika ada pengampunan. Tidak perlu menunggu orang lain yang
memulai. Kalau memang pengampunan adalah way of life kita maka
kitalah yang memulai untuk mengampuni. Dunia yang berdosa, yang sering
menyakiti orang lain, membutuhkan orang-orang kristen yang memiliki
pengampunan sebagai way of life nya. Jika saudara tidak bersedia
mengampuni saudara-saudaramu, dan terus hidup dalam kebencian maka
saudara akan kesulitan hidup di dalam dunia ini. Kebencian kita terhadap
orang lain akan menghabiskan komponen oranganik otak yang dikenal
sebagai serotonin dan noradrenaline. Kehilangan zat ini bisa menyebakan
depresi. Tengah malam akan terbangun dan sulit tidur lagi, mengalami
gangguan konsentrasi dan memori, merasa lelah sepanjang hari, sakit
kepala, menurunnya berat badan. Kebencian yang terus dipupuk akan
menyebabkan menurunnya antibodi, mudah terkena infeksi, bisa stroke.
Jika depresi terus berkepanjangan dan terus ada kebencian thd orang
lain, maka orang itu akan melakukan bunuh diri. Jika saudara tidak bisa
mengampuni, atau cara hidup yang penuh dgn pengampunan tidak saudara
miliki maka saudara juga akan mengalami kesulitan dalam hubunganmu
dengan Tuhan. Kita perhatikan bagian akhir dari perumpamaan Yesus.
Ketika mendengar bahwa hamba yang telah dihapuskan hutangnya itu, tidak
mau mengampuni kawannya yang berhutang 100 dinar, maka Raja itu sangat
marah. Hamba yang jahat itu dimasukkannya ke dalam penjara sampai ia
melunasi semua utangnya.” Dan karena hutangnya sangat besar, ini berarti
dia tidak akan pernah keluar dari penjara itu. Hamba yang jahat ini
tidak berhak mendapat lagi anugerah. Karena dia menolak untuk mengampuni
kawannya. Saudara yang menolak memberikan pengampunan buat orang lain.
Saudara tidak akan bisa mengucapkan doa Bapa Kami.Bukankah isi doa bapa
kami bunyinya seperti ini :”ampunilah kami seperti kami telah mengampuni
orang yang bersalah kepada kami”. Bagaimana mungkin saudara bisa
mengucapkan doa Bapa kami dengan sungguh-sungguh jika masih ada orang
yang belum bisa saudara ampuni. Ibadahmu juga akan terhalang, jika masih
ada ganjalan dalam hatimu dengan saudaramu. (Mat 5:23). Doa mu akan
terhalang, jika saudara tidak hidup bijaksana dengan istrimu (I Petr
3:7) Jadi setiap orang yang telah mengalami pengampunan harus siap untuk
mengampuni orang lain yang berhutang kepadanya dan dia harus
melakukannya dengan segenap hatinya. Untuk menjelaskan kebesaran kasih
pengampunan Allah, maka hal itu harus direfleksikan di dalam kehidupan
kita. Apabila kita mengampuni orang lain , maka itu dapat menjelaskan
kasih, pengampunan dari Allah yang sudah diberikan kepada kita.