Alex dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara (seluruhnya
laki-laki) dalam sebuah keluarga apoteker. Ayahnya meninggal tiga bulan
setelah menjadi pemeluk Kristen, sementara keluarga ibunya memang merupakan keluarga Kristen.
Tahun 1954,
Alex Tanuseputra merupakan seorang pengusaha apotek yang melanjutkan
usaha ibunya. Sebagai keluarga Kristen, Alex telah pergi ke Gereja
tetapi selalu menghindar ketika ditawari untuk melayani. Dalam sebuah
pelayanan oleh Pdt. Dzao Sze Kwang, ia dinubuatkan akan menjadi Pelayan Tuhan. Nubuatan ini diteguhkan kemudian oleh Pdt. EB Stube.
Pada tahun 1965,
Alex menabrak seorang anak kecil. Anak kecil tersebut terluka sangat
parah dan kematiannya tinggal menunggu waktu. Keluarga anak tersebut
mengancam akan membunuhnya bila anak tersebut mati. Alex pergi ke sebuah
gereja
dan berdoa semalam-malaman dan bernazar bahwa ia akan menyerah dan
menjadi Pelayan Tuhan jikalau anak tersebut sembuh dan hidup. Keajaiban
terjadi dan anak yang sekarat itu kemudian berhasil dioperasi, sembuh,
dan tetap hidup. Alex menyerahkan diri untuk melayani di gereja dan
menjual hartanya, mendirikan 14 gedung gereja dan pos-pos penginjilan di
Mojokerto.
Pada tahun 1977, Pdt. Alex pindah ke Surabaya beserta seluruh keluarganya. Seluruh 14 gereja yang telah didirikannya diberikan kepada pendeta lainnya. Ia memulai kembali membangun jemaat yang diawali dari 7 orang keluarganya sendiri. Pdt. Alex kemudian bergabung di Sinode Gereja Bethel Indonesia yang memiliki sifat gereja lokal otonom.
Pada tahun 1987,
sebuah gedung gereja di Jl. Manyar Rejo II/36-38 selesai dibangun. Pada
saat itu, jemaat GBI yang digembalakannya telah mencapai 2.000 jiwa
dari 7 orang pada tahun 1977. Pada tahun 1987 ini, diperkenalkan visi
slogan "Successful Bethany Families". Pada tahun yang sama, tak
lama setelah gedung GBI Bethany Jl. Manyar Rejo berdiri, Pdt. Alex
memulai kembali visi pembangunan Graha Bethany di Jalan Nginden, Surabaya. Gedung ini selesai dibangun pada tahun 2000 dan memiliki kapasitas 20.000 orang jemaat. Gedung ini dianggap sebagai gedung gereja terbesar di Asia Tenggara.
Tahun 1988 dan 1989,
GBI Bethany memulai pembukaan cabang di Indonesia bagian Barat dan
Timur (Bethany Barat dan Timur). GBI Bethany menjadi salah satu bagian
jemaat terbesar dari Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI).
Tahun 1997, Sinode GBI
mengeluarkan keputusan bahwa nama-nama jemaat lokal (seperti Bethany,
Tiberias, Mawar Saron, Rehobot, dan lain-lain) harus ditanggalkan dan
digantikan dengan nama jalan di mana gereja lokal berdiri. Keputusan ini
membawa kepada kerumitan bagi jemaat-jemaat lokal yang telah besar
seperti Bethany dan yang lainnya. Banyak dari jemaat lokal yang belum
mematuhi keputusan tersebut.
Tahun 2000, Sinode GBI kembali meneguhkan keputusan 1997 tentang penanggalan nama-nama jemaat lokal. Akhirnya, pada tahun 2002, GBI Bethany Barat (di bawah Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo) dan Timur (di bawah Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana) menanggalkan nama Bethany. Sementara itu, Bethany Wilayah Indonesia Tengah menolak menurunkan nama Bethany.
Tahun 2003, pada tanggal 17 Januari 2003, Bethany Tengah secara resmi mengundurkan diri dari Sinode GBI dan mendirikan sebuah Sinode baru bernama Sinode Gereja Bethany Indonesia.
Dalam titik ini, sebagian pendeta dari Bethany Barat dan Timur yang
loyal kepada Pdt. Alex turut masuk ke dalam sinode baru ini. Sekalipun
demikian, Pdt. Alex sendiri tetap menyatakan tidak masuk ke dalam Sinode
Bethany dan tetap berdiri di Sinode GBI.
- Badan Pekerja Lengkap (BPL) Sinode GBI mengadakan rapat dan mensinyalir bahwa Pdt. Alex berdiri di dua Sinode, yang berujung pada pemecatan Pdt. Alex dari Sinode GBI.
- Bulan Juli 2003, setelah pemecatan tersebut, Pdt. Alex secara resmi diminta bergabung ke dalam Sinode Bethany yang baru.
- Pada September 2003, Pdt. Alex secara resmi terpilih sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia.
Tahun 2005, PT. Prasada Jasa Pamudja memulai kembali pembangunan Menara Jakarta setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
Pdt. Alex merupakan Presiden Komisaris dari perusahaan konstruksi
tersebut. Di lingkup Gereja Bethany, menara ini biasa disebut sebagai
Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.
Pada 2009,
dimulai pembangunan tahap kedua Graha Bethany Nginden dengan jumlah
jemaat menjadi 35.000 dalam satu kali ibadah, dan rencananya akan
diresmikan pada SPGI 2010.
Saat ini, jumlah jemaat yang dipercayakan untuk digembalakan adalah sebesar 70.000 (Graha Bethany) dan 135.000 orang di kota Surabaya.
Keluarga
Pdt Alex menikah dengan Yenny Oentario pada 23 Februari 1963.
Pasangan ini dikaruniai 3 orang anak, yaitu Pdt Hanna Asti Tanuseputra
atau Hanna Hadisiswantoro, Pdm Aswin Tanuseputra, dan Andreas
Tanuseputra. Putrinya, Hanna menikah dengan Pdt Dr Yusak Hadisiswantoro,
MA. Dari putri pertamanya, Pdt Alex mendapatkan tiga cucu, dari
putranya yang kedua mendapatkan dua orang cucu, dan dari putra yang
ketiga adalah tiga orang cucu. Ketiga orang anak dan menantu Pdt Alex
terlibat aktif dalam Gereja Bethany. Sandra Angelia adalah salah seorang cucunya yang kemudian terpilih menjadi Miss Indonesia 2008.
Gelar akademis
Tahun 1988, Pdt. Alex mendapatkan gelar Doctor of Philosophy dari International Christian University, Amerika Serikat, dengan tesis berjudul "Hak dan Kuasa Mencipta Oleh Orang Percaya dan Lahir Baru".
Tahun 1995, dianugerahi gelar Doctor of Divinity dari Lee College, Cleveland, Amerika Serikat.
Pada 2 Juli 2004, dikukuhkan sebagai Profesor dari Trinity Crown International University (TCIU), dengan disertasi "In Christian Leadership".