RASA MALU
Rasa malu adalah sebuah perasaan yang bisa baik dan juga bisa buruk. Baik buruknya rasa malu itu bergantung kepada jenis rasa malu yang kita miliki. Ada dua jenis rasa malu, yakni rasa malu yang disebabkan oleh dosa dan rasa malu yang bukan karena dosa kita. Bila kita malu oleh karena dosa, maka ini adalah rasa malu yang baik. Namun bila rasa malu tidak disebabkan oleh dosa, maka rasa malu ini tidaklah baik. Dua jenis rasa malu ini perlu ditangani dengan bijaksana. Jika tidak segera ditangani dengan bijaksana, maka akan merugikan diri kita.
Rasa malu yang disebabkan oleh dosa
Rasa malu ini terjadi karena saudara berbuat dosa, kemudian ketahuan, tersebar di muka umum. Misalnya, ada orang yang korupsi dan selama berbulan bulan tidak ketahuan. Dia sebenarnya sudah merasa tidak tenang selama melakukan korupsi, namun dia menekan terus rasa bersalah itu. Yang penting tidak ketahuan, demikian pikirnya. Suatu hari, perusahan melakukan audit keuangan dan orang ini ketahuan telah menggelapkan uag perusahaan sebanyak rarusan juta rupiah. Dia di tuntut di pengadilan, namanya masuk koran. semua keluarga besar tahu, sahabat sahabatnya juga tahu, teman teman gereja juga tahu. Dia merasa sangat malu karena sudah melakukan dosa itu. Bersyukur kalau orang kristen ini masih punya rasa malu karena sudah berbuat dosa. Yang berbahaya adalah jika tidak punya rasa malu karena sudah berbuat dosa. Ada banyak contoh, mereka yang sudah berselingkuh, menipu orang, tapi tidak punya rasa malu. sebaliknya mereka masih mengatakan haleluya, pujia Tuhan. rasa malu karena sudah berbuat dosa harus dimiliki, asalkan jangan keterusan. Maksudnya adalah, ketika sudah bertobat dan menerima pengampunan dosa dari Tuhan, kita tidak perlu terus larut dalam rasa malu dan minder. Lukas hati karena dosa itu tidak boleh terus ada dalam diri kita. Pengampunan Tuhan selain menyucikan kita dari dosa, juga memulihkan status kita dihadapan Tuhan. Ada sebuah contoh dalam Alkitab dimana seorang perempuan berdosa datang kepada Tuhan Yesus dan mengurapi kepalaNya dengan minyak wangi. Semua mata menatap perempuan itu dengan pandangan marah, menghina. Pelacur ini pasti sangat malu karena sudah berbuat dosa dan dia datang kepada Tuhan Yesus untuk memohon pengampunan. Tuhan Yesus menaruh belas kasihan kepada wanita ini dan mengatakan dalam Luk 7:48-50 ”Dosamu telah diampuni.” ”Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” Wanita ini sudah diampuni oleh Kristus dan dia boleh pergi dengan selamat. tetapi masalahnya adalah apakah rasa malu sebagai mantan pelacur akan tetap menghantui dirinya? Tergantung dari sikap wanita ini terhadap janji Kristus. Agar rasa malu sebagai mantan pelacur tidak terus menghantui dirinya dia harus mengingat akan janji Kristus bahwa dosanya telah diampuni, imannya telah menyelamatkan dia dan dia boleh pergi dengan selamat dalam damai sejahtera. kita dapat memerangi rasa malu karena akibat dosa ini dengan cara memegang akan janji janji Allah yang sudah mengampuni dan memulihkan diri kita dihadapanNya.
Rasa malu yang bukan disebabkan oleh dosa
Ada beberapa macam dari Rasa malu yang bukan disebabkan oleh dosa misalnya adalah malu bersaksi, malu karena kekurangan diri, malu karena ketidakpantasan. Rasa malu seperti ini tidak seharusnya kita miliki.
Misalnya, Saudara adalah juara lari 3000 meter dipropinsi saudara. suatu hari saudara mewakili propinsimu berlomba di tingkat nasional. Perlombaan itu disiarkan oleh seluruh TV swasta, ditonton oleh ribuan orang di stadion. Pada waktu perlombaan dimulai, saudara merasa sangat grogi sekali. Akibatnya saudara tidak bisa berlomba dengan baik. semua peserta sudah mencapai garis finish, sedangkan saudara masih terus berlari seorang diri di lapangan. semua mata memandang kepada suadara dan menertawakan saudara karena saudara tertinggal begitu jauh dari pelari pelari lainnya. Disini saudara tidaklah melakukan kesalahan. Walaupun tidak ada kesalahan yang saudara lakukan, namun rasa malu mungkin bisa saja timbul dalam hati saudara. Rasa malu jenis ini seharusnya tidak perlu dimiliki. rasa malu ini adalah rasa malu yang tidak pada tempatnya dan ini tidaklah mempermalukan Allah.
contoh yang lain dari rasa malu yang bukan disebabkan oleh dosa adalah saudara merasa tidak pantas dalam berpakaian ketika tiba di sebuah pesta dengan dress code batik. semua orang memakai batik sedangkan saudara tidaklah memakai batik. saudara tidak memakai batik karena tidak mengetahui adanya dress code batik. Saudara akhirnya merasa bodoh dan malu. Rasa malu ini bukan disebabkan karena dosa.
demikian juga kalau saudara malu memberitakan Injil, malu bersaksi, ini juga adalah rasa malu yang bukan disebabkan oleh dosa. Semua bentuk rasa malu seperti ini tidaklah mempermalukan nama Allah dan oleh karenanya disebut sebagai rasa malu yang tidak pada tempatnya.
bagaimanakah mengatasi rasa malu yang tidak pada tempatnya ini? Kita mesti belajar hidup dengan memusatkan diri kepada Allah. Pada saat kita terlalu memusatkan hidup pada penampilan, pada citra kita, maka kita akan sering mengalami rasa malu yang seperti ini. Jika pelari 3000 meter tadi, tidaklah memusatkan perhatiannya pada diri sendiri, maka dia seharusnya tidak perlu malu karena dia berada paling belakang dalam lomba lari tersebut. dia sudah berusaha sungguh sungguh koq. dia hanya grogi saja. yang penting adalah bagaimana penilaian Allah dan bukan bagaimana penilaian manusia. Manusia hanya melihat luar sedangkan Allah melihat sampai ke dalam hati atau motivasi seseorang. Jika dia sudah berlomba dengan sungguh sungguh, maka walaupun gagal, tidak perlu merasa malu.
sama halnya dengan ketika seseorang menghadiri pesta dimana pakaiannya berbeda dari semua orang. Tidak ada yang perlu dimalukan, kalau pakaiannya berbeda, seandainya dia berpegang pada prinsip “bagaimana pandangan Allah dengan pakaianku ini?”. Memang terkadang ada nilai nilai umum, misalnya dress code harus batik. seandainya dia tidak tahu bahw adress code batik, maka orang itu tidak perlu merasa malu. Allah melihat bukan pakaian, melainkan hati yang mengasihi orang yang menikah dan bersedia untuk datang ke pesta pernikahannya.
Malu yang tidak pada tempatnya, selalu berpusatkan kepada diri sendiri. mengapa harus malu memberitakan Injil? malu muncul karena perhatian kita berpusatkan kepada diri sendiri dan bukan Allah. yang kita pikirkan adalah bagaimana kalau saya ditolak, bagaimana kalau saya tidak bisa menjawab pertanyaannya? bagamana kalau saya dimarahi? semua itu berpusatkan kepada diri sendiri. cobalah berpusatkan kepada Allah, maka saudara akan dapat mengatasi rasa malu yang tidak pada tempatnya ini.