Info
  • Meninggalkan Warisan
    Amsal 13:22 Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.
  • Good Idea Vs God's Idea
    Yesaya 55:8-9 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Ampunilah kami kesalahan kami (Matius 6:12)


Setelah kita meminta Bapa mencukupi kebutuhan kita sehari-hari, kita memohon pengampunan-Nya: “Ampunilah kami akan kesalahan kami.” “Tuhan Yesus mengaitkan kedua permohonan ini, “‘Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” dengan “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Maksudnya adalah ketika -kita memikirkan kebutuhan kita akan makanan, kita pun menyadari kebutuhan kita akan pengampunan pula. Juga, saat kita mengakui kesalahan kita, kita pun memikirkan bagaimana kita menangani hubungan kita dengan sesama kita. Orang Kristen hidup melalui pengampunan. Kita dibenarkan karena iman. Kita tidak akan dapat memperoleh hidup atau pengharapan jika Tuhan Yesus tidak memikul dosa dosa kita. Namun kita memang masih jatu ke dalam dosa dan kita membutuhkan pengampunan setiap hari. Oleh sebab itulah, bagian kedua dari permintaan doa Bapa kami ini setelah meminta roti adalah meminta pengampunan. Doa ini jelas diperuntukkan untuk kita, bukan untuk Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus tidak berdosa. HUTANG Bagaimanakah seharusnya orang Kristen memandang akan dosanya? Dosa adalah pelanggaran hukum Allah, penyimpangan, pemberontakan, tidak mencapai sasaran. Namun dalam Doa Bapa Kami ini. Dosa dipandang sebagai hutang yang belum dibayarkan. Dalam bahasa Inggris, diterjemahkan: forgive us our debts. Ampunilah akan hutang hutang kami. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita berhutang secara total kepada Allah. Kita berhutang dalam hal apa? Kita berhutang dalam hal kesetiaan Allah yang tidak pernah berhenti, kasih Allah yang demikian besar. Dan dosa mendasar kita adalah kegagalan untuk membayar kesetiaan dan kasih Allah ini. Dalam buku doa Anglikan, memreka mengakui dosa pengabaikan, yakni dosa karena tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Setelah mereka mengakui dosa pengabaian, mereka kemudian mengakui dosa pelanggaran. Ketika kita mengoreksi diri, maka dosa pengabaianlah yang perlu diakui terlebih dahulu. Kita akan menemukan, bahwa dosa yang paling menyedihkan yang kita lakukan dalam dalam bentuk tidak melakukan hal yang baik. Ketika Uskup Ussher akan meninggal, dia berdoa seperti ini: Tuhan, Ampunilah semua dosa dosa pengabaian kami. Ini menunjukkan sebuah kerohanian yang sejati. Diskusi: 1. Ketika saudara mengaku dosa, apakah yang saudara akui, dosa pengabaian atau dosa pelanggaran? Anak anak Allah yang berdosa. Pertanyaan: jika Tuhan Yesus telah mengampuni semua dosa-dosa kita yang lalu, yang sekarang dan dosa masa akan datang, lalu buat apa kita meminta lagi pengampunan dosa? Kita mesti membedakan antara Allah sebagai Hakim dan sebagai Bapa dan antara orang yang dibenarkan dengan status sebagai anak Allah. Doa Bapa Kami adalah doa yang dilakukan dalam keluarga Allah. Allah telah mengadopsi kita sebagai anaknya. Meskipun dosa kita tidak akan membuat kita kehilangan pembenaran, namun dosa akan membuat hubungan kita kitadengan Allah menjadi tidak harmonis lagi sampai kita mengatakan “sorry”. Kita datang kepada Bapa sebagai seorang anak yang meminta ampun atas dosa dosa yang telah kita lakukan. Kalau kita tidak melakukan ini, maka doa doa kita akan seperti perumpamaan Tuhan Yesus mtentang orang-orang Farisi. (Lukas 18:10-14). Kita perlu untuk setiap hari mengoreksi diri. Ampunilah kami, seperti kami telah mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Tuhan Yesus mengajarkan hal yang serupa dalam Markus 11:25 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Apa maksudnya, bahwa ketika kita mengampuni maka Tuhan pun akan mengampuni? Dan ketika kita tidak mengampuni, maka Tuhan pun tidak akan mengampuni kita? Ini berarti bahwa kalau saya menolak mengampuni orang lain, itu menunjukkan bahwa saya belumlah menerima pengampunan dari Tuhan. Sebab orang yang sudah menerima pengampunan dari Tuhan, dari dalam hatinya akan mengalir pengampunan untuk sesamanya. Kalau tidak ada pengampunan manusiawi dalam hati kita, maka itu menunjukkan tidak adanya juga pengampunan surgawi. Pengampunan Allah akan membuka mata kita akan perlunya mengampuni sesama. Ketika kita mengucapkan Doa Bapa Kami: ”ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, maka seolah-olah kita berkata kepada Allah: ”Perlakukanlah saya seperti saya memperlakukan orang lain”. ”Walaupun orang lain tidak tahu berterima kasih kepadaku tetapi saya mengampuninya dan tetap mengasihinya, maka Tuhan, perlakukanlah saya seperti itu juga”. ” Saya memang tidak tahu berterima kasih kepadamu, namun kasihilah saya”. ”Kalau saya memperhatikan setiap kesalahannya dan membalas setiap kesalahannya, maka Tuhan perlakukanlah saya juga seperti itu, balaslah setiap kesalahanku” . Inilah maksudnya: ampunilah kami seperti kami juga telah mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Jika kita benar-benar mengenal Allah selaku Bapa, maka kita seharusnya menjadi rekan Allah untuk memberikan pengampunan. Pengampunan kita atas dosa orang lain tidak membuat Allah mengampuni kita, namun hal ini menjadi bukti bahwa kita sudah masuk dalam pengampunan Allah. Mereka yang sudah merasakan pengampunan Allah ini akan lebih mudah memaafkan sesamanya yang telah bersalah. Agustinus menamakan permintaan ini ‘permintaan yang buruk” karena bila kita berdoa “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” dan pada saat yang bersamaan masih menyimpan dendam, kita sebenarnya sedang meminta Allah untuk tidak mengampuni kita pula. Sewaktu John Wesley melayani sebagai misionaris di koloni Amerika, ia menghadapi kesulitan dengan Jendral James Oglethorpe. Jendral ini terkenal dengan kesombongan dan kekasarannya. Suatu ketika Oglethorpe berseru, “Saya tidak pernah mengampuni.” Wesley segera menukas, “Kalau begitu, Tuan, saya harap Anda tak pernah berdosa” .”