Mengapa Kristus mati? Banyak yang tidak kesulitan menjawab pertanyaan ini. Ada yang mengatakan bahwa Ia mati karena Ia adalah pemberita dari ajaran yang melawan pemerintah. Ia seorang pemikir yang revolusioner yang sangat menganggu pemikiran pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Ia mati sebagai korban kepicikan, Ia mati sebagai martir untuk kebesaranNya sendiri. Ada juga yang berpendapat bahwa , Yudas Iskariotlah yang harus bertanggung jawab atas kematian Yesus. Atau Sanhedrin yang harus bertanggung jawab atas penyaliban Yesus. Dari Getsemani, Yesus dibawa ke Pengadilan Yahudi (Sanhedrin) dan disitu Yesus dikeroyok dengan tuduhan-tuduhan palsu yang bertubi-tubi dan berakhir dengan Imam Besar mengoyakkan pakaiannya dan berkata, “Ia sudah menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi?” Dengan demikian Sanhedrinlah yang telah menjatuhi hukuman mati atas Yesus.
Memang, oleh Sanhedrin, Yesus telah divonis sebagai orang yang tidak dapat diampuni dosanya. Karena Dia melanggar “kehormatan Allah”. Tetapi Sanhedrin tidak berhak untuk menjalankan hukuman tersebut. Maka oleh orang Yahudi, Yesus telah dibawa ke pengadilan penguasa Romawi yang pada waktu itu menguasai bangsa Yahudi, kepada Pontius Pilatus.
Setelah Pilatus mengadakan dialog dengan Yesus, Pilatus mengambil kesimpulan bahwa Yesus tidak bersalah apa-apa. Seharusnya sampai di sini proses pengadilan itu sudah dapat diakhiri dengan pembebasan Yesus. Akan tetapi, karena desakan-desakan politis, ancaman-ancaman dan intimidasi dari pihak pemimpin agama Yahudi, Pilatus yang mula-mula berdiri tegak hendak melepaskan Yesus, akhirnya terpaksa menyerah kalah terhadadap tuntutan-tuntutan orang Yahudi itu, sehingga karena habis akal ia menyerahkan Yesus ke tangan mereka untuk disalibkan.
Tentu bukan karena alasan-alasan itu Dia mati di atas kayu salib. Semuanya memang merupakan sebuah proses yang membawa Yesus ke kayu salib. Namun seungguhnya, Yesus mati di atas kayu salib karena kehendakNya sendiri. Dia bisa saja mengirimkan pasukan malaikat untuk menghancurkan mereka yang hendak menyalibkan diriNya. Namun Dia tidak melakukan itu karena Dia memang menyerahkan diriNya untuk mati di atas kayu salib. Tuhan Yesus mengatakan” Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya……..Tidak seorangpun mengambilNya daripadaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. (Yohanes 10:11-18).
Jadi Dia mati karena Dia memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya. Ini merupakan salah satu alasan Teologis mengapa Dia mati di atas kayu salib. Ada alasan lain yang diberikan oleh John Stott, yakni Dia mati untuk mengungkapkan karakter kasih dan keadilan Allah. Dia mati untuk menaklukkan kuasa kejahatan.
Kita adalah salah satu penyebab dari kematian Kristus. Hal ini sudah dinubuatkan jauh sebelumnya, yakni di dalam Kitab Yesaya 53. Dalam Yesaya 53:4-6 diungkapkan bahwa penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya. Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita. TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Kitalah yang menjadi penyebab dari kematian Kristus di kayu salib. Ada 3 hal yang dikatakan mengenai diri kita dalam Yesaya 53:4-6 ini, yakni
Pertama, Dosa kita ditimpakan kepadaNya
Kedua, kebenaranNya menjadi milik kita
Ketiga, kita menjadi milikNya. Kita sekalian sesat seperti domba,
Pertama, Dosa kita ditimpakan kepadaNya
kita lihat Yes 53: 4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Apa maksudnya penyakit kitalah yang ditanggugnya dan kesengsaraan kita yang dipikulnya? Penyakit merupakan akibat dari dosa. Demikian juga kesengsraan merupakan akibat dari dosa. Dosa mengakibatkan manusia menderita. Ketika Hamba ini memikul penyakit kita dan kesengsraan kita, itu berarti Dia memikul dosa-dosa kita dan seluruh akibatnya. Dosa kita ditimpakan kepadaNya sehingga kita dibebaskan dari dosa dan kelak dibebaskan dari semua akibat-akibatnya, termasuk sakit dan penyakit dan kesengsaraan. Beberapa orang sudah mengalami penyembuhan dari penyakitnya melalui muzizat yang terjadi. Namun tidak semua orang mengalami seperti yang terjadi dalam Matius 8:16-17. Hal yang palong penting adalah penyebab dari sakit dan kesengsaraan itu telah ditangunggnya.
Yesaya 53:5 menegaskan kembali hal ini dengan mengatakan :” Yes 53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Gambaran yang diberikan sekarang dalam ayat ini lebih keras. Gambarannya meningkat dari penyakit kepada pemberontakan dan dari kesengsaraan kepada kejahatan.
Dan kembali ditegaskan lagi dalam ayat 6, TUHAN telah menimpakan kejahatan kita sekalian. Semua dosa mansuia, beratnya dosa itu, beratnya hukuman itu ditimpakan kepadaNya. ayat 4. lihat tafsiran mengenai : penyakit kita yang DITANGGUNGNYA
Sebanyak 3 ayat mengulang-ulang mengenai kejahatan dosa kita yang ditimpakan kepada Hamba ini, yakni Kristus Yesus. Hanya melalui jalan inilah, pengampunan dosa diberikan kepada manusia, yakni dosa kita ditimpakan kepadaNya. Salib Kristus merupakan satu satunya dasar dimana ALlah dapat mengampuni dosa-dosa kita. Ada kritikus yang keberatan dan bertanya seperti ini:” haruskah pengampunan kita bergantung kepada kematian Kristus? Mengapa Allah tidak langsung saja mengampuni kita tanpa memakai salib. Itu khan sudah tugasnya Allah, sudah keahliannNya Allah. Dan jika orang lain berdosa kepada kita, kita khan bisa saja langsung mengampuni. Mengapa Allah tidak melakukan seperti yang diperintahkannya? mengapa Allah tidak murah hati saja seperti kita bermurah hati memberikan pengampunan? mengapa jalan pengampunan harus dengan cara menimpakan dosa-dan kejahatan kita kepada Kristus. Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab pada akhir abad XI, oleh Anselm, uskup kepala dari Canterbury. Ia menulis dalam bukunya, why God Became Man. Dia berkata seperti ini:” kamu belum mempertimbangkan betapa seriusnya dosa, dan kamu belum mempertimbangkan kemuliaan Tuhan. Dosa bagi kita adalah sesuatu hal sederhana, karena kita adalah manusia berdosa. Kita tidak memiliki kesucian. Kita mudah mengampuni karena ketika orang lain salah, kita juga tidak terbebas dari salah. Ketika orang lain menyakiti hati kita, maka bukan hukum kita yang dilanggar melainkan hukumnya Allah. Itulah sebabnya, tidak terlalu sulit bagi kita untuk mengampuni. Tetapi berbeda dengan Allah. Bagi Allah, dosa itu adalah masalah yang sangat teramat besar. Demikian juga dengan pengampunan. Karena dosa manusia melanggar hukum-hukum Allah. Dosa merupakan pemberontakan lamngsung terhadap Dia. Dia memang Allah yang Mahakasih, tetapi juga Allah yang Adil. KasihNya adalah kasih yang suci. Bagaimana mungkin kasih dan keadilan dapat bertemu? Bagaimana Dia menunjukkan kasihNya dan juga kekudusanNya? Dilema ini diselesaikan oleh Allah di atas kayu salib, dengan membawa AnakNya yang tunggal tertikam oleh karena pemberontakan kita dan diremukkan oleh karena kejahatan kita. Hukuman penuh bukan lagi ditanggung oleh kita, tetapi oleh Allah dalam Kristus. Ketika Yesus mati, Allah sendiri di dalam Kristus menanggung hukuman yang seharusnya kita terima. Di atas kayu salib, kasih dan keadilan Allah dipersatukan. Jadi secara alami, dosa dan kematian adalah milik kita. Kita berdosa, dan kita harus mati. Tetapi Allah di dalam Kristus mengambil kematian itu. Dosa adalah miliknya kita, namun akibat dosa, yakni kematian menjadi milliknya Kristus. inilah yang dimaksudkan dengan kematian yang menggantikan. Ia mengambil tempat kita, menaggung dosa kiita, membayar hutang kita dan mati ganti kita. ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya.
Dan jika kita bertanya bagaimana Kristus dapat mati menggantikan kita , kita hanya dapat menunjuk kepada jam -jam kegelapan yang dialami Kristus di atas kayu salib. Diatas kayu salib itu Kristus merasakan kegersangan neraka ketika menggantikan kita. Waktu Tuhan Yesus berteriak:”Allahku-Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku. itu berarti murka Allah sedang menimpa Kristus.Keadilan Allah sedang dinyatakan kepada manusia yang berdosa.. Dan saat itu Kristus yang menerima keadilan Allah sebagai pengganti kita. Inilah neraka. Neraka yaitu ditinggal oleh Allah. Allah meninggalkan Kristus.. Jikalau Kristus tidak pernah ke salib, maka itu neraka akan kita alami. Ketika Tuhan Yesus berteriak: Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku. Memang saat itu matahari tidak bersinar dan kegelapan meliputi seluruh daerah itu. Namun saat itu, Tuhan Yesus bukan hanya mengalami gelapnya alam, ttp juga mengalami betapa gelapnya ditinggalkan Allah. Itulah saat yang paling pedih, paling pekat, ketika kristus mengatakan:” Allahku Allahku mengapa engkau meninggalkan aku?”Dia menerima hukuman yang paling kejam, ditinggal oleh Allah. Inilah neraka. hukuman neraka ditimpakan kepada anak allah.yang tidak berdosa.. Inilah titik terakhir dari perjalanan Kristus mencari orang berdosa. Dia mengalami pengadilan allah dan hukuman neraka yang seharusnya sdr dan saya terima. Disinilah bukti cintanya Tuhan Yesus kepada kita. Untuk mencari kita manusia yg berdosa, Yesus di jadikan berdosa karena kita. ntuk mencari kita yg jauh dari Tuhan, Yesus harus menjauhkan diri dari Tuhan, dan supaya kita boleh mendapat hidup kekal, maka Dia harus mati bagi kita.. Allah meninggalkan Kristus diatas kayu salib.supaya kita tidak ditinggalkan Allah. Allah menjatuhkan murkaNya kepada Kristus diatas salib supaya kita tidak dimurkai. Kita adalah alasan, sehingga Allah di dalam Kristus harus menderita dan mengalami neraka.
Saudara-saudara, dosa itu adalah masalah yang serius dihadapan Allah. Dosa -dosa kita lah yang telah menyalibkan Allah. Dosa sdr diampuni bukan dengan tebusan yang murah. Harga pengampunanmu terlalu mahal. Tidak mungkin untuk dijealskan secara tuntas dalam kotbah ini. Berapa sering sdr berbuat dosa dan menganggap remeh dosa-dosa itu? Sdr menganggap remeh ketika sdr melanggar kesucian Allah. Namun sesungguhnya itu adalah masalah yang serius dihadapan Allah. KArena dosa-dosamu, Anak Allah mesti mati atas kayu salib dan hari ini kita mengingat kembali penderitaanNya, pengorbanNya itu dalam sakramen Perjamuan Kudus ini. Bertobatlah. Tuhan tidak menghendaki penyembah-penyembah munafik datang kepadaNya untuk beribadah (1:10-15). Yesaya 1:10-15 mengatakan :” Yesaya 1:11 “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu…………….Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. ……….Isa 1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
Apa yang Dia inginkan dari sdr adalah kehidupan yang benar dan yang kudus (1:16-20). Dalam Yesaya 1:16 Tuhan berfirman Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, Yesaya 1:17 belajarlah berbuat baik;…………….Isa 1:18 Marilah, baiklah kita berperkara! –firman TUHAN–Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Kedua, KebenaranNya menjadi milik kita
Apa yang hamba ini lakukan dengan menanggung dosa kita, memikul kesengsaraan kita , tertikam karena pemberontakan kita dan diremukkan oleh akrena kejahatan kita, membawa hasil yang positip bagi umatNya. Hamba ini bukan hanya menerima semua akibat dosa dari umatNya itu, melainkan Dia juga memberikan berkat yang dimilikiNya kepada umatNya. Jadi telah terjadi sebuah pertukaran. Dosa kita itu diberikan kepadaNya sedangkan kebenaranNya itu diberikan kepada kita. Dalam ayat 5, dituliskan seperti ini, “ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. ” Hukuman diberikan kepadaNya, sehingga kita mendapatkan keselamatan. Istilah keselamatan ini, lebih baik kalau diterjemahkan ” salom” atau “damai”. Sebuah keberadaan yang baik. Hukuman diberikan kepadaNya, sehingga kita beroleh kembali damai dengan Allah yang telah rusak oleh karena dosa. Ketika keadilan Allah itu sudah terpuaskan melalui salib, maka barulah manusia dapat didamaikan denganNya. Dia menerima tempat nya kita sedangkan kebenaranNya kita miliki. ini disebut sebagai pembenaran.
Pembenaran adalah sebuah tindakan hukum/yuridis dari Allah yang segera dimana Dia memperhitungkan bahwa dosa-dosa kita telah diampuni dan kebenaran Kristus menjadi milik kita dan menyatakan bahwa kita benar di dalam pandangan Allah.
Alkitab banyak membicarakan mengenai hal ini.
* · Roma 4:5 “ …..Dia yang membenarkan orang durhaka.
Roma 8: 33-34 siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka?
Pernyataan tidak bersalah atau pernyataan benar oleh Allah, adalah sebuah pernyataan hukum dari Allah. Kalau kelahiran baru, merubahkan sifat internal dalam diri kita. Pembenaran tidak merubah sifat internalk kita karena itu merupakan sebuah pernyataan hukum tentang diri kita. John Murray memberikan sebuah perbedaan antara kelahiran baru dengan pembenaran. Kelahiran baru adalah sebuah tindakan Allah di dalam diri kita; pembenaran adalah sebuah penghakiman Allah yang respek terhadap kita. Perbedaannya seperti perbedaan antara tindakan seorang ahli bedah dan tindakan seorang hakim. Ahli bedah , ketika dia mengeluarkan kanker di dalam diri manusia, melakukan sesuatu di dalam diri manusia tersebut. Inilah kelahiran baru kita. Ketika Allah melahirkan barukan kita, Dia bertindak seperti ahli bedah yang mengeluarkan kanker dari tubuh kita. Hal seperti itu tidak akan dilakukan oleh seorang hakim. Hakim memberikan sebuah putusan mengenai status hukum kita. Jika kita tidak bersalah, maka dia akan menyatakan kita benar. PAda saat Allah membenarkan diri kita, Dia bertindak sebagai hakim yang menyatakan bahwa kita tidak bersalah, sebab kesalahannya sudah ditimppakan kepada Nya, yakni kepada Kristus.
Pada saat Allah menyatakan kita benar, maka ini memiliki dua aspek.
* · Pertama, ini berarti bahwa Dia menyatakan bahwa kita tidak lagi dihukum untuk membayar dosa-dosa kita yang lalu, yang sekarang dan dosa yang akan datang. (Roma 8:1; 8: 33-34; Rom 4: 6-8). akan tetapi jikalau Allah hanya menyatakan bahwa dosa-dosa kita diampuni, maka ini menimbulkan masalah, sebab ini berarti kita hanya dibuat netral secara moral di hadapan Allah. Keadaan kita akan sama dengan Adam sebelum dia dapat melakukan sesuatu yang benar atau yang salah di hadapan Tuhan. Dia belum bersalah dihadapan Allah, tetapi juga dia belum mendapatkan sebuah catatan kebenaran di hadapan Allah. Aspek pertama dari pembenaran , dimana Allah menyatakan bahwa dosa-dosa kita diampuni, dapat digambarkan diri kita ini sudah putih bersih.
* Namun, kondisi seperti putih tadi belumlah cukup bagi kita untuk berkenan kedapa Allah. Kita belum memiliki apa-apa untuk kita bawa kepada Allah. Kita belum memiliki perbuatan baik untuk kita abwa kepada Allah. Kita belum memiliki ketaatan untuk kita abwa kepada Allah. Adakah orang yang dapat membawa perbuatan baiknya dihadapan Allah? tentunya tidak ada yang sanggup sebab perbuatan baik kita itu seperti kain kotor dihadapan Allah. Jadi apa yang bisa kita abwa kehadapan Allah supaya kita berkenan kepadaNya? Kita membawa perbuatan baikNya Kristus. Kita membawa kebenaranNya Kristus dihadapan Allah. Kebenaran Kristus diamputasi kepada kita. Ini merupakan sisi yang lain dari pembenaran. Kebenaran Kristus ditanamkan ke dalam diri kita. Seperti yang dikatakan dalam Yes 53:5, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kesembuhan ditanamkan kepada kita. Pemulihan diberikan kepada kita. Kita bukan hanya tanpa dosa di dalam pandanganNya, tetapi juga benardan memiliki perbuatan baik.kebenaran di dalam pandangan Allah. Sehingga kita memiliki salom atau damai sejahtera Allah itu.
Pembenaran ini merupakan sebuah anugerah saja, karena kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus Yesus. Sebelum memahami tentang pembenaran ini, tokoh Reformasi, Martin Luther mencoba berbagai cara untuk mendapatkan damai di jiwanya. Dia telah mencoba tidur di lantai yang keras, tidak makan, bahkan memanjat anak tangga di Roma dengan tangan dan lututnya, tetapi semuanya tidak berhasil. Guru-gurunya di biara berkata bahwa apa yang dilakukannya sudah cukup mendapatkan damai bagi jiwanya. Tetapi dia tidak merasakan damai itu. Perasaan berdosanya terlalu dalam. Suatu hari Luther membuka Alkitabnya di kitab Roma. Disana dia membaca mengenai Injil Kristus yang adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. (Roma 1:6). Tetapi ayat 17 mengatakan “ di dalamnya nyata kebenaran Allah”. Kata kebenaran ini menyusahkan hatinya dan perasaannya tertekan. Dia semakin tertekan ketika membaca ayat 18 ttg murka Allah yang dinyatakan dari surga terhadap ketidakbenaran manusia. Luther pikir bahwa kebenaran Allah disini adalah keadilan Allah yang memberikan hukuman kepada orang berdosa. Namun ketika dia membaca ayat 27, bahwa orang benar akan hidup oleh iman, hati Martin Luther langsung dilimpahi oleh sukacita dan damai. Kebenarannya bukanlah oleh karena perbuatan baiknya, tetapi oleh karena iman. Kebenaran karena iman ini menjadi dasar bagi kedamaian jiwanya. Roma 1:17 sekarang menjadi pintu gerbang Firdaus, kunci untuk membuka ALkitab. Oleh sebab itulah, maka Luther menyebut doktrin pembenaran oleh iman ini sebagai “ artikel yang menentukan berdiri atau runtuhnya gereja.” Jika gereja memelihara doktrin ini dengan benar , maka ia juga secara mendasar akan benar di dalam semua ajaran lainnya, akan tetapi jika gereja tidak setia kepada doktrin ini, maka ia akan salah di dalam ajarannya yang lain.
Calvin :” doktrin pembenaran adalah engsel utama yang padanya agama berputar.”. Untuk memahami doktrin pembenaran ini , persiapan yg dibutuhkan bukanlah kemampuan intelektual yang hebat, melainkan kesadaran akan kondisi kita yang adalah orang-orang berdosa di hadapan Allah.
Sadarkah sdr pada hari ini, bahwa sdr adalah orang berdosa dihadapan Allah? bahwa sdr adalah seseorang yang tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan dihadapan Allah? Jikalau sdr sadar akan hal ini dan datang kepada Kristus, maka sdr memiliki akan memiliki keselamatan atau damai sejahtera dari Allah. KARENA, GANJARAN YANG MENDATANGKAN KESELAMATAN BAGI KITA DITIMPAKAN KEPADANYA.
Ketiga, kita menjadi milikNya.
Hengstenberg menyatakan seperti ini:’ Manusia itu berjalan dalam kehidupan terpencil/tersendiri, meninggalkan Allah dan terpisah dari Gembala Agung. Manusia kehilangan pemeliharaan pastoral dari Allah. Yesaya mengatakan :” kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing mengambil jalannya sendiri. Kondisi kita dipulihkan setelah TUHAN menimpakan kepada Kristus kejahatan kita sekalian. Kita telah menjadi umat gembalaanNya. Kita telah menjadi milikNya yang berarti kita hidup juga untuk Dia. Jika karena karya penebusanNya, maka kita menjadi alasan sehingga Kristus turun ke dalam dunia ini, maka segala sesuatu yang kita lakukan, seharusnya juga Tuhan lah yang menjadi alasan atau motivasi kita. Paulus mengatakan Karena bagiku hidup adalah Kristus. artinya, Hidup itu disimpulkan di dalam Kristus. Hidup diisi dengan Kristus, hidup dijalani dengan Kristus,. Segala sesuatu yang Paulus lakukan –baik itu imannya, kasihnya, pengharapannya , ketaatannya , kotbahnya, dsb-diilhami oleh Kristus dan dilakukan untuk Kristus.Kristus dan hanya Kristus saja yang memberikan insipirasi, arahan dan makna serta tujuan untuk keberadaan kita .Hidupnya kita ditentukan dan dikontrol oleh kasih untuk Kristus dan komitmen untuk Kristus. sECARA TOTAL seluruh hidup kita adalah untuk Kristus, dijalani dengan Kristus. Bukan untuk uang, bukan pula untuk jabatan, juga bukan untuk nama atau kuasa. Jikalau hidup kita dijalani demi harta benda, kuasa, maka apapun caranya untuk mendapatkan itu, pasti kita akan tempuh. namun kalau hidup kita untuk Kristus, maka ketika pencobaan datang kepada kita dalam hidup ini, maka kita akan menolaknya. Sebagai orang-orang Kristen, kita seringkali dicobai untuk hidup bagi dunia ini dan segala kesenangannya yang berdosa. seringkali kita lupa bahwa hidup kita adalah Kristus. kita adalah milik Kristus, dan yang paling celaka adalah demi untuk mendapatkan harta benda, jabatan, ketenaran, kesuksesan, maka kita tidak segan-segan mengorbankan hubungan kita dengan Kristus. Krisyus seharusnya menjadi alasan mengapa kita hidup kudus. Kristuslah menajdi alasan mengapa kita menolak kesenangan duniawi ini. Kristus pula lah yang menjadi alasan mengapa kita bertahan terus dalam kesulitan hidup ini.
Kebenaran bahwa kita adalah milik Kristus sangat penting pada zaman yang susah ini. Karena kalau kita tidak tahu alasan yang tepat untuk kita hidup maka kita tidak akan tahu bagaimana menjalani hidup ini dengan benar. Nietzsche berkata:” bahwa orang yang memiliki mengapa untuk hidup dapat menanggung hampir semua bagaimana. “Kalau sdr mengetahui alasan sdr hidup di dunia ini. Mengerti bahwa sdr adalah milik Tuhan dan Kristus menajdi alasan sdr dalam menjalani hidup, maka semua pertanyaan bagaimana mengatasi persoalan ekonomi, bagaimana menghadapai sakit penyakit, bagaimana menghadapi masalah keluarga, dapat sdr atasi. Mengapa banyak terjadi depressi bahkan bunuh diri pada saat ini karena masalah ekonomi, keluarga dan kesehatan? Itu karena Kristus tidaklah menajdi alasan bagi dirinya untuk menjalani hidupnya.Dirinya tidak sadar bahwa dirinya adalah milik Tuhan. Dirinya sangat berharga. Dia tidak memiliki sebuah pendorong untuk tidak putus asa. Seorang prof. psikologi,ketika mengkonseling pasiennya yang punya masalah berat akan selalu bertanya pertanayan ini:” mengapa kamu tidak bunuh diri. ? biasanya pasien menjawab, karena saya memiliki pekerjaan, saya memiliki keluarga, dll. kemudian prof. ini akan memberikan pengobatannya beradasarkan jawaban pasien tadi.
Kalau hari ini saya bertanya: mengapa sdr bertahan hidup dalam kondisimu yang sulit pada saat ini? mungkin sdr punya banyak jawaban. Tetapi satu jawaban yang paling penting kita ingat adalah karena Kristus. Saya hidup untuk Kristus, karena Dia telah msti untuk saya di atas kayu salib. Saya akan terus menjalani hidup saya, walaupun tantangannya berat sekali, karena saya sudah menjadi alasan mengapa Kristus amti di atas kayu salib. Maka Kristus pulalah yang menjadi alasan, mengapa saya terus melayani dan mempermuliakan Dia dalam hidup saya.