Info
  • Meninggalkan Warisan
    Amsal 13:22 Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.
  • Good Idea Vs God's Idea
    Yesaya 55:8-9 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Berbahagialah orang yang murah hatinya (Matius 5:7)

Henry Nouwen adalah seorang Pendeta yang pernah mengajar di Universitas Harvard dan pada puncak kariernya dia meninggalkan Harvard dan merawat seorang pria cacat. Pemuda yang dirawatnya bernama Adam berusia 25 tahun. Pemuda ini tidak bisa berbicara , tidak bisa berpakaian atau membuka pakaiannya sendiri. Dia tidak bisa berjalan, tidak bisa makan tanpa dibantu oleh orang lain. Ia tidak menangis atau tertawa. Hanya kadang kadang saja ia melakukan kontak mata. Ia menderita epilepsy yang parah dan sering kejang. Walaupun memakai banyak obat hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa mengalami kekejangan hebat. Kadang kadang ia mendadak kaku dan mengeluarkan raungan melolong. Sesekali air mata pemuda itu mengalir di pipinya. Nouwen mengatakan bahwa dia perlu waktu satu setengah jam untuk membangunkan Adam, memberikan obatnya, membawanya ke kamar mandi, membersihkan badannya, mencukurnya, menyikat giginya, memakaikan pakaian, mengantarnya ke dapur, memberinya sarapan, meletakkan dia di kursi roda dan membawanya ke tempat dimana ia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan latihan terapeutik.
Kita mungkin bertanya, untuk apa Henry Nouwen yang demikian pandai menghabiskan waktunya yang demikian berharga untuk mengurus Adam yang cacat. Lebih baik Henry Nouwen membayar seorang suster untuk merawat Adam. Philip Yancey menanyakan pertanyaan ini kepada Henry Nouwen. Apa jawaban Henry Nouwen? Dia mengatakan: bukan adam yang mendapatkan keuntungan dari pelayanan saya, justru sayalah yang mendapatkan keutungan itu. Pelayanannya untuk Adam memberikan kepadanya kedamaian hati yang sangat penuh. Sebelumnya dia begitu berambisi dalam bidang akademis, namun kini dia belajar sebuah pelajaran yang sangat berarti. Pelajaran yang dia peroleh adalah : “apa yang membuat kita menjadi manusia, bukanlah otak kita, tapi hati kita” Apa yang membuat kita menjadi manusia bukanlah kemampuan kita berpikir melainkan kemampuan kita mengasihi. Orang yang murah hatinya benar benar berbahagia. Ini telah dialami oleh Henry Nouwen.